Senin, 13 Juli 2015

The power of ikhlas



Selamat berpuasa :)
Sudah hampir 1 bulan kita berpuasa,  Alhamdulillah, lancar sampai saat ini.
Bagaimana dengan kalian hai pembaca?

Hari ini aku sedang berada di desa yang aku tinggali selama KKN. Namanya dusun Kralas, Canden, Jetis, Bantul. Aku tidak akan bercerita tentang kondisi geografis disini. Yang bisa aku gambarkan adalah kondisi warganya yang ramah dan nrimo pandum.

Apasih nrimo pandum?
Nrimo pandum artinya menerima apa adanya, mensyukuri segala hal yang ada dalam diri kita. Nasib baik,nasib buruk diterima dengan ikhlas.

Aku beruntung ditempatkan disini, di tempat pak Dukuh Kralas, namanya Pak Saring tanpa -an. Hehe
Beliau seorang yang humoris dan baik hati, nggak pernah nuntut, dan suka direpoti. Istrinya, sebut saja Bu Dukuh karena aku nggak tau nama aslinya nya sampai sekarang. Wkwkwk kebangeten.

Sudah 13hari aku tinggal disini, dan aku merasa rumah yang aku tinggali sementara disini adalah rumahku juga. Aku merasa nyaman dengan keterbukaan mereka dan apa adanya mereka. Mereka sudah aku anggap ayah ibuku sendiri. Banyak sekali yang aku pelajari disini. Karena aku juga aseli orang desa mungkin aku tidak sekaget teman2ku yang lain dan bisa cepat menyesuaikan diri.

Bapak dan ibu dukuh suka sekali cerita mulai dari pekerjaan terus berujung demit, mulai dari pendidikan berujung demit juga, mulai dari keluarga dan lagi-lagi berujung demit. Hahaha ibuk bilang kalau desa ini sodaraan sama demit. Wuiih kereeen. Asyik kan ya? Jarang-jarang bisa sodaraan sama demit. Wkwk

Yaaa apalah itu, aku tidak terlalu ambil pusing. Yang penting niatku baik disini dan aku yakin akan baik2 saja. Aku senang mereka menerimaku dengan hangat sampai rahasia yang mungkin tidak diceritakan dgn orang lainpun dengan ringan diceritakan kepadaku. Terimakasih sudah percaya kepadaku..

Masyarakat disana tingkat pendidikannya masih rendah, masih sangat jarang anak2 yang bisa meneruskan dibangku kuliah. Rata-rata setelah lulus SMA/SMK mereka langsung mencari pekerjaan ataupun menikah. Sangat disayangkan. Hmm

Ibuk dan bapak selalu saja memuji-muji mahasiswa KKN, mereka menganggap kita orang yang pintar2, beruntung, dan berada. Padahal tidak semua benar, yang paling tepat adalah beruntung. Kadang aku sering tidak enak ketika mereka bilang seperti itu, karena kenyataannya adalah aku orang biasa yang datang kesini untuk belajar dengan mereka. Aku merasa mereka jauh lebih hebat daripadaku dan kawan2. Mengapa? Karena mereka Ikhlas. Ikhlas menghadapi nasib, ikhlas menghadapi cobaan hidup. Mereka selalu tersenyum meski sedang susah, mereka tidak pernah menunjukkan wajah kesombongan, mereka selalu memandang cukup untuk srgala berkah yang ada,mereka apa adanya... 
Dan karena itulah mereka selalu bahagia dan baik-baik saja.
Terimakasih bapak ibuk, semoga selalu sehat dan berkecukupan :)